% . . . Untuk Imam, 18 . . . %
Ah, semakin banyak saja orang menanyai keberadaanmu. Bahkan rembulan purnama pun kini turut menggodaiku, “Hei, sampe kapan kau ber-moon gazing sendiri?”
Alahoi.., aku tak mengerti apa itu sebentuk pengharapan, kecemasan atau malah sekedar basa basi. Tapi sejak itu, aku mulai liar menanti langkahmu tiap kali langit mulai oranye. Hingga surat yang keenam belas ini, aku masih berayun bersenandung di taman tempat kita berjanji bertemu.
Kau tau, flamboyan di taman ini kian hari kian gagah saja. Tampaknya ia sudah siap betul menyambut kedatanganmu lalu dengan suka cita membiarkanmu bersandar melepas lelah di punggungnya. Dan aku semakin tergila-gila saja dengan bunga merah yang menggantung indah di tiap tangkai tipisnya. Ingin kupetik satu, tapi kupikir akan lebih special jika aku memetiknya bersamamu. Hmm…..anganku semakin jauh menembus cakrawala.
Imam, aku tau perjalananmu menjemputku tak selamanya mulus. Tentu kau akan melalui kerikil – kerikil tajam di tengah jalan. Karena itu berhati-hatilah dan jangan berpaling dari jalur yang telah Tuhan tunjukkan. Do’aku selalu terhatur untukmu.
Salam sore
^_^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Posting Komentar