Imam, kau pernah
baca tidak apa yang pernah dikatakan Tere Liye; bahwa hidup ini tidak seperti novel, yang kalau
halaman sekarang terasa sesak, sedih, menyakitkan, penuh masalah, maka dengan
bersabar membaca 10, 20 halaman berikutnya semua selesai, berubah jadi
membahagiakan.
Di kehidupan nyata, kita bahkan perlu 10, 20 hari, bulan, bahkan tahun harus terus bersabar agar semua selesai, berubah jadi membahagiakan. Karena itulah, menjadi dewasa oleh kehidupan, memiliki pemahaman baik karena proses kehidupan, akan menjadikan seseorang lebih kuat dan lebih kuat lagi. Selamat menulis 'novel' kehidupan masing-masing.
Di kehidupan nyata, kita bahkan perlu 10, 20 hari, bulan, bahkan tahun harus terus bersabar agar semua selesai, berubah jadi membahagiakan. Karena itulah, menjadi dewasa oleh kehidupan, memiliki pemahaman baik karena proses kehidupan, akan menjadikan seseorang lebih kuat dan lebih kuat lagi. Selamat menulis 'novel' kehidupan masing-masing.
Ah, ya! Untuk masalah beserta penyelesaiannya, aku sangat
setuju dengan penulis tenar yang satu ini. Di kehidupan nyata, penyelesaian
masalah sungguh tak semudah menyelesaikan konflik di novel yang kesemuanya ada
di tangan penulisnya. Si penulis punya
hak penuh untuk menciptakan ending semaunya. Tak peduli pembaca merasa kecewa,
sesak, sedih atau bahkan merasa puas. Nah, di bumi kita berpijak ini, setelah
upaya maksimal bukankah segala ending Allah Ta’ala yang menentukan? Maka kita
harus siaga pabila apa yang kita terima tidak sesuai dengan yang diharap.
Lain halnya dengan jalan cerita. Justru alur di novel banyak
yang benar-benar ada di kehidupan nyata. Bahkan kisah hidupku pribadi pun dapat
dijadikan berpuluh-puluh novel mega-bestseller. Namun satu hal yang perlu kau
tau, bahwa diantara sekian banyak kepingan puzzle kehidupan yang harus
kupecahkan, kepingan tentang kau lah yang cukup ruwet dari sekedar
menyelesaikan susunan rubik. Kau sungguh ‘sesuatu’ sekali, Imam… ^_^
Ahad, March 17..
Saat sabit melengkung manis di perut langit.
Tidak ada komentar
Posting Komentar