Bersama embun
yang menguap dari helai daun Bougenvil di waktu dhuha tadi, aku kembali membaca
sajak-sajak kehidupan yang sebagian hampir usang. Ah, betapa banyak hal yang
tak terduga di bumi ini, Mam. Sayangnya, kebanyakan manusia cenderung lena
dalam kesenangan yang sedang digeluti, pun rencana yang telah ditanak matang. Seakan
terlupa bahwa ada yang lebih kuasa membalikkan segalanya, bahkan dalam sekedip
mata.
Dulu, Bundaku
selalu mengingatkan manakala aku girang tak terkatakan saat sesuatu yang
kuinginkan atau yang telah purna direncanakan tak sampai sehasta di depan mata.
“Jangan terlalu riang akan sesuatu, sebab
di balik keriangan selalu mendekat kesedihan”. Aih, aku tak mampu mencerna
secara utuh kala itu. Bagiku itu hanya akal-akalan Bunda saja, atau ingin
menakut-nakuti semata. “Mana pula bisa
gagal, orang sudah matang direncanakan kok, bla bla bla…”, begitu pikiranku menyangkal.
Tapi itulah
istimewanya ibu. Setiap katanya adalah pusaka. Petuahnya adalah nyanyian surga.
Sayang, semua baru bisa kupahami saat raganya telah mengucap salam pada bumi.
******
Imam…mungkin
saja pertemuan kita pun akan begitu. Meski langkah kita telah tertata, lenggang
tangan telah perkasa, namun kuasa tetap Allah yang Esa. Maka di setiap doa-doa
kita, mohonkan lah kemudahan, pun keridhoan.
3 Juni 2013
Saat malam merangkak
Tidak ada komentar
Posting Komentar