Malam Minggu *lupa tanggal berapa*, sepakatlah para bidadari FLP
Sumut bermalam di Rumcay menemani Melani. Rencana awal, seluruh
jaka-dara FLP ini ngumpul dan bakar-bakar ikan sembari berbincang
membentuk lingkaran cinta. Tapi entah musabab apa, putuslah mufakat
bahwa para bidadari saja yang merapat dengan agenda maskrean, pedi-meni,
nobar, tahajud bareng, dan paginya merayap ke Lapangan Merdeka Medan.
Sayang, yang dateng cuma 5 perempuan cakep dan imut-imut ini.
*cuma muke Ririn yang gak ade di futu ini, coliii* :-)
Well,
kita berlima pun mulai sibuk ngerumpi. Fitri yang berniat mabit sambil
nyelesain tugas nyatanya ilusi belaka. Mau tak mau ia harus tertarik
dengan aktivitas kami yang mengundang cekikikan. Iseng aku keluar dan
berdiri menuju teras Rumcay. Dan Woowwww! begitu kepalaku mendongak ke
langit, serta merta aku mengajak konco-konco ini mejeng ke pelataran
Mesjid Al-Musannif Komplek Cemara Asri untuk memandang bulan bulat penuh
yang menggantung di perut langit.
Dengan sedikiti ba bi bu dan
karena kereta cuma ada 2, akhirnya tante Uul mengetuk palu
ketidakikutsertaannya. Jadilah kami pergi berempat *Aku, Ririn, Fitri,
Bibeh* Pelataran mesjid ini memang tempat favoritku tiap kali purnama
menjelang. Mati-matian aku meyakinkan satpam dan nazir mesjid agar
mengizinkan aku moon gazing setiap bulan di sana. Tapi malam itu aku
dan ketiga bidadari lainnya ditakdirkan berhadapan dengan satpam yang
nyenyel. Meski sudah kusebutkan nama nazir yang memberi izin, tetep aja
dia kekeh melarang. Akhirnya, dengan seluruh kekuatan dan rayuan yang
kukeluarkan, kami hanya diizinkan moon gazing sekelak dan terus diawasi.
Menjengkelkan sekali, Saudara!
Tak salah jika Ririn mengeluarkan opini ajaib untuk ini *cukup hanya kami yang tau* :-)
Next,
kami pun meninggalkan tempat itu dengan hati tak karuan. Balik ke
markas aka Rumcay. Bersama desah lelah yang ada, kami kembali menyiapkan
amunisi. In focus, laptop dan speaker. Nonton! *sama sekali tak berniat
untuk tidur* Aku lupa pilem apa yang hendak di tonton waktu itu. Yang
pasti semuanya meleset dari perkiraan. Yang kami tonton hanyalah aneka
video yang membuat kami ngakak guling-guling di tengah malam gulita.
*untung saja si kakek sebelah rumah nyenyak* :D
Usai ngakak
cekikikan, tiba-tiba saja si Bibeh menawarkan ide gila. Senam! *Mungkin
sesaat Bibeh lupa bahwa postur kita semua imut-imut. Bila saja sadar
sekejap, aksi ini sungguh akan membuat postur kami kian memprihatinkan*
Bagai hamba yang nggeh saja
pada tuannya, kami menurut. Berbaris sejajar, rentangkan tangan dan
Yes! Senam di mulai. Mata kami menatap layar, dan tubuh meliuk persis
seperti di video. semenit dua menit, kami masih berpikir ini pemanasan.
Kian ke tengah kian aneh gerakannya, kami meliuk sambil tertawa. Hingga
akhirnya muncullah gerakan bebek sampai gerakan idiot. Tangan menekuk
sejajar dada, kepala oleng ke kanan, dan kaki terbuka dan memutar
seiring lirik bohai yang mengalun.
Making melodies in my heart.
Unto the king of king
Thumbs in, Elbow up
Bend knees, feet a part
Head bend, turn aroound
Making melodies in my heart
Making melodies in my hearts
eekk ekk ek ek ekk ek eek
Ternyata Itu Senam Anti Struk!
Bibeeeeeeeeehhhh *kejar Bibeh sambil bawa golok.
Tidak ada komentar
Posting Komentar