Ah, waktu..
Aku tak merasakan gerak geriknya.
Tapi nyata, ia selalu membawaku pada masa yang berlainan. Seperti hari ini,
hari di mana kau menjemput hatiku pulang. Tanpa banyak basa-basi, pun tanpa
tetek bengek yang bertele-tele, kau tetapkan hati menempuh jarak yang tak
pernah terbayangkan. Sebab kau pun sudah lama merindu.
Dan usai kalimat
sakral itu gagah kau ucapkan, entah bagaimana setiap harinya aku jatuh cinta
kepadamu lima kali sehari; pagi, siang, sore, malam, subuh. Ini ‘jatuh’ yang paling nikmat seumur hidupku. Dan aku ketagihan.
Tiap sore, aku selalu berdebar menyambutmu pulang, bahkan hingga hari ini. Dan saat kau tiba di daun pintu, aku bergegas meraih punggung tanganmu lalu
menciumnya takzim. Saat itulah hatiku kembali berdesir, tak terkatakan. Aku
sangat menyukai aroma peluh yang tersisa di sekujur tubuhmu. Bagiku itu adalah
wewangian surga. Kadang-kadang kau tak pede
duduk berdekatan denganku, apalagi kalau aku bersandar manja di dadamu. “sana, abang bau!” itu
katamu. Dan hei, aku semakin tertarik menggodamu. Untuk itu aku berani
mengatakan bahwa pepatah tua itu benar adanya, cinta memang buta. Hehe.. ;)
Suamiku abang Sunardi, kuyakin kau
sudah mulai paham dengan diriku, pun dengan sifat dan watakku yang
kadang-kadang menjengkelkan. Adakalanya aku malu meminta maaf kepadamu atas
kesalahanku yang berulang. Bukan perkara gengsi, tapi karena aku paham betul bahwa kata-kata maaf itu tak akan berarti lagi
jika terlalu sering diucapkan untuk kesalahan yang sama. Ia akan menjadi
hambar. Meski begitu, aku tetap melihat dadamu penuh dengan lautan kesabaran,
yang di dasarnya selalu kutemukan kata maaf. Ah, kau baik sekali sayang..
Terus terang, saat
aku menuliskan surat ini, aku mati-matian menahan air mata agar tak tumpah. Sebab
aku menuliskan ini di ruang kerja, ruang di mana rekan-rekan duduk bersisian
denganku. Kan malu kalau ketahuan dan ditanya kenapa tetiba aku menangis.
Abang,
ketahuilah..cita-citaku cuma satu, yakni menjadi sebaik-baik hamba bagiNya, dan
sebaik-baik qurrata a’yun bagimu. Aku memang tertatih untuk meraihnya. Untuk itu
kumohon, bersabarlah. Bersabarlah dengan segala sifatku yang belum matang. Bersabarlah
menempuh waktu dalam mengajakku membangun pilar sakinah yang kokoh. Dan bersabarlah
dengan aku yang teramat jauh dari sempurna. Sebab aku adalah tulang rusukmu
yang bengkok.
Hari ini, aku tak
mengharapkan adanya tart. Sebab aku tahu kau tak menyukai itu. Kau sangat
berbeda dalam memaknai ulang tahun, anniv, dan semacamnya. Aku hanya berdo’a
agar kau selalu diberi Allah kesehatan, keberkahan dan kemudahan urusan di
dunia dan akhirat. Cepat sembuh dari tenggorokan yang meradang, batuk yang
mengganggu dan pilek yang menyerang. Dekya mencintaimu sepenuh hati..
Selamat ulang
tahun perkawinan, sayang..
18 Okto 2015 – 18 0kto
2016
Bengkulu, saat
matahari mulai meninggi
Tidak ada komentar
Posting Komentar