Hari itu, Jum’at 18 November 2016 adalah hari digelarnya Karnaval Batik Besurek Kota Bengkulu. Terus terang aku tak pernah tau seperti apa acara itu, sebab aku adalah perempuan Batak yang baru satu tahun menetap di kota Raflesia ini. Alasan klise, ikut suami! Atas nama pendatang baru inilah aku jadi penasaran seperti apa acara karnaval dan pameran Bengkulu Expo itu. Karena itu, begitu kepala sekolah mengajak dewan guru mejeng ke sana, aku sangat antusias. Aku yang pada hari itu memakai seragam kebanggaan di suruh pulang sama Bu Kepsek guna untuk mengganti baju menjadi Batik Besurek. Namun malang, sejam sebelum berangkat ke lokasi aku membatalkan untuk ikut. Sakit!
Memang sudah dari malam Jum’at itu aku kurang enak badan. Rupanya
jelang siang di hari Jum’at itu aku teler lagi.
Putus sudah harapan untuk ikut memeriahkan Karnaval batik Besurek tahun ini. Aku memilih pulang saja ke rumah agar bisa istirahat. Kiranya rasa penasaranku belum menemukan muara jodohnya. Hehehe...
Putus sudah harapan untuk ikut memeriahkan Karnaval batik Besurek tahun ini. Aku memilih pulang saja ke rumah agar bisa istirahat. Kiranya rasa penasaranku belum menemukan muara jodohnya. Hehehe...
Well, kembali ke Batik Besurek. Ia adalah sejenis kain yang
bercorak batik khas Bengkulu. Sebagaimana Batak yang punya ulos, Palembang
dengan songket indahnya, maka Bengkulu pun tak kalah bangga dengan Batik
Besureknya. Ia memiliki corak yang khas, apalagi kalau bukan Raflesia yang
munculnya hanya setahun sekali, tumbuhnya pun hanya di kota ini pula. Kadang-kadan
terpikir juga olehku, kenapalah Raflesia ini hanya tumbuh di Bengkulu saja,
padahal di Medan, Bontang dan Kalimantan
bejibun hutan, kenapa si Raflesia ini sesekali tak mencoba hidup di tiga daerah
yang sudah saya sebiutkan tadi? Ah, entahlah..macam tak beriman pula pertanyaan
ini.
Tentu saja kain Besurek ini dikerjakan oleh tangan yang tekun. Sentuhan
ukirannya seolah memiliki daya magis sehingga selalu enak di pandang. Warnanya
bermacam-macam, sesuai selera. Pun jenis bahannya beragam, mulai dari yang agak
kasar, semi sutera hingga sutra murni. Konon, saat acara karnaval itu
berlangsung, stand Bengkulu Expo pun tak mau ketinggalan memamerkan aneka Batik Besurek sehingga stand-stand itu dipenuhi pengunjung domestik maupun luar
daerah.
Meski tak bisa hadir menyaksikan pertunjukan besar itu, aku tetap
mengikutinya di dunia maya. Hidup di zaman ini serba mudah. Bahkan nenek-nenek
pesakitanpun bisa sesegera mungkin dapat info terkini dari balik layar mungil
yang ada di genggaman. Apalagi aku yang masih muda unyu-unyu ini. Maka hanya dengan
satu ketukan kelingking saja di layar hp, segalanya kelihatan seolah aku turut
hadir di lokasi. Menakjubkan! Kostum yang dipakai peserta karnaval itu semuanya
spektakuler. Pintar-pintar kali orang mendesign busana itu, sehingga peringatan
hari jadi kota Bengkulu semakin semarak. Ckckckck..
Aku sendiri punya satu batik besurek itu. Ceritanya dulu baru-baru
pindah ke Curup, Rejang Lebong, salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu, ada
lomba berpidato yang sebenarnya ala-ala ceramah begitu. Aku ikut dan tenrnyata meraih
juara pertama dalam ajang yang diadakan organisasi Wanita Islam itu. Hadiahnya ya
bahan dasar kain Besurek itu. Lembut, adem, warnanya marun. Langsung kujahitkan
baju itu dan kupakai mengajar di hari-hari tertentu.
Jadi, jika pemirsah janjalan ke Bengkulu ini, jangan lupa beli Kain
Besurek sebagai oleh-oleh. Tenang saja, meski ulang tahun kota Bengkulu telah
berlalu, kain besurek tetep mejeng terpampang manis di sepanjang jalan Anggut. Terakhir
saya beli sekitar Rp. 30.000 rupiah per meter, untuk kualitas menengah. Cocok juga
dijadikan seragam keluarga. Eh, kok jadi kayak ngiklan gini ya? Hehehe..dasar
konyol!
Ok, baiklah..mata saya ini sudah satu watt. Tak konsen lagi mau
menuliskan segala hal. Sampai ketemu di tulisan-tulisan berikutnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar