Ngemil bijak? Yes!
Sebagaimana kita perlu bertindak bijak dalam segala hal, sedemikian pula masalah ngemil. Ini sangat berguna untuk mencapai hidup sehat yang diimpikan. Namun sebelum kita mengulas soal ngemil bijak lebih jauh, izinkan saya berkisah sedikit terlebih dahulu.
Istilah ngemil bijak ini saya temukan di grup Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), di mana komunitas ini mengadakan kelas online yang membahas seputar Tips & Trik #NgemilBijak dengan menggandeng Mondelez Indonesia pada tanggal 22 Agustus 2020 lalu. Sayangnya, aku ketinggalan kelasnya. Untunglah salah seorang rekanku yang mengikuti kelas itu sudi memberi bocoran soal materi kelas. Jadi aku tetap bisa menyerap ilmunya.
Yang mengejutkan dari materi kelas itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan Mondelez, ternyata aktivitas ngemil yang dilakukan kebanyakan orang Indonesia ini bukan semata-mata karena lapar, tapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan mental dan emosional. Alamak, rasa-rasa gimana gitu kalo sudah menyinggung soal mental dan emosional ini. Secara, zaman now banyak yang galau dan stress dengan segala polemik hidup. Berarti gak salah jika ada seseorang yang semakin stress semakin doyan makan, kian ada beban pikiran kian montok badan.
5 Kiat Ngemil Bijak Versi Tara De Thouars
FYI, yang mengisi kelas ngemil bijak kemaren adalah Mbak Tara De Thouars, seorang psikolog klinis yang mumpuni dibidangnya. Apa yang disampaikan mbak Tara di kelas itu membuat peserta tercerahkan soal cara ngemil yang baik agar tak menjadi kebiasaan yang buruk.
So, apa itu ngemil bijak sebenarnya? Yakni ajakan untuk masyarakat Indonesia agar memiliki pola ngemil yang lebih baik. Caranya? Ikuti 5 langkah berikut.
Deteksi sinyal tubuh
Yakin deh, yang paling tau dengan keadaan diri kita itu ya kita sendiri, bukan orang lain sekali pun itu orang terintim dalam hidup. Maka cobalah jujur kepada diri sendiri, apakah kita benar-benar butuh ngemil saat itu atau tidak? Apakah cemilan yang kita pilih baik untuk tubuh? Apakah keinginan ngemil yang muncul bersebab oleh rasa lapar atau sekedar pelampiasan dari rasa jenuh atau galau yang melanda? Bila itu sekedar pelampiasan, sebaiknya tidak perlu terlalu dituruti ya guys. Karena belum tentu baik untuk kesehatan.
Relaksasi
Entah mengapa aku yakin sekali kalau trik yang satu ini pasti jarang sekali kita lakukan sebelum ngemil. Tampaknya sepele tapi penting. Jadi kata mbak Tara, sebaiknya sebelum ngemil kita rileks dulu dengan 4 tahap; tarik napas, tahan sejenak, buang, lalu tarik napas kembali.
Kok kayak senam aja? Haha.. Aku pun kaget saat sampai pada materi ini. Macam gak ada nyambungnya tarik napas buang napas dengan memulai ngemil. Yang ada sebelum ngemil jelas-jelas harus baca bismillah. Etapi setelahnya, baru mulutku membulat berucap “Ooooooo”. Karena ternyata relaksasai 4 tahap ini berguna untuk membuat kita bisa berpikir lebih jernih setelahnya, apakah kita benar-benar butuh ngemil saat itu, atau menjawab baik tidaknya kalau kita ngemil. Kebayangkan dalam pikiran yang kalut alias tidak rileks, orang bisa melakukan apa saja, termasuk makan membabi buta.
Mindful Snacking
Nah, ini tak kalah penting. Biar cemilan yang masuk ke mulut berasa nikmatnya, kita harus melakukan mindful snacking ini. Di mana kita harus benar-benar menikmati cemilan dengan penuh kesadaran dan menikmatinya dengan seluruh panca indera. Khusyuklah bahasa simpelnya. Makanya saat melakukan aktivitas ngemil ini, sebaiknya jangan disambi dengan kegiatan lain. Agar rasa ngemil itu dapet dan sampai ke seluruh jiwa raga lho. So, kalo ngemil di bioskop gimana dunk? Itu jawab dan rasakan aja sendiri. Haha…
Tunggu Sebentar
Siapa di sini yang kalo makan kacang atau kuaci gak mau berenti sampai toples benar-benar kosong? Tosss! Ada kawan. Hehe…
Aku kalo sudah makan kacang, kuaci atau keripik ubi susah kali berhenti. Makanya tersiksa kali kalo pas bertamu, disuguhi makanan yang tiga itu. Mau ngabiskan malu dong, dan gak beradab juga kali. Tapi pas berhenti, kok nyesek gitu. Hihiks…
Tapi bener deh, setelah tau materi ini, kayaknya aku bakal tobat. Sebab kenapa? Ternyata penting sekali memberi jeda pada cemilan. Hal ini berguna untuk menjalankan fungsi otak yang akan mendeteksi apakah perut sudah kenyang atau tidak. Bisa dibilang trik ini berguna untuk menghindari kerakusan pada saat makan.
Bersyukur
Ini bagian yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Dengan mensyukuri apa yang sudah masuk ke perut, maka kita akan merasa bahagia. Jangan sampai setelah ngemil kita malah menyesal dan merasa bersalah. Menyesal karena cemilan yang masuk adi bii gendut, merasa bersalah karena makanan yang dipilih merupakan pantangan akan penyakit yang sedang diidap. Makanya sebelum sampai ke tahap ini, empat tahap sebelumnya perlu sekali dilakoni ya guys.
Gimana? Merasa dapat ilmu baru dari penuturan mbak tara De Thouars? Sama, aku juga.
Ngemil Bijak Ala Mak Ney
Sebetulnya, aku bukan tipe orang yang hobi ngemil. Ada waktu-waktu tertentu yang bikin aku pengen ngemil. Waktu kapan? Ya gak nentu. Pokoknya moody banget deh. Lagi pengen ngemil ya ngemil, kalau lagi nggak ya gak nyentuh sama sekali. Bahkan semasa ngekost dulu kawan-kawanku sering razia tas pribadiku, sebab sering sekali di sana ditemukan makanan yang lama tersimpan. Kalau makanan awet syukur banget bisa dimakan. Kalo buah seperti pisang? Duuuh, jadi penghuni tong sampah karena membusuk. Jangan ditiru ya guys. Ini bukan unsur kesengajaan menimbun makanan. Tapi lebih seringnya faktor lupa.
Untuk jenis cemilan sendiri aku milih banget. Banyak yang gak sesuai selera soalnya, hingga kadang-kadang ngemil versi aku bukan ngemil versi orang-orang. Sebab yang kumakan adalah makanan berat seperti bakso, mie ayam,atau sate padang. Haha..
Sekarang, saat aku telah menjadi ibu dari Ney dan Fayyah, juga istri tercinta dari babang Sun, sifat pemilihku pada makanan ini tetap menonjol. Tapi kurasa sangat baik untuk keluarga kecilku ini. Mau tau gimana selektifnya aku soal makanan? Here it is:
Makanan Tanpa penyedap
Harree gene makanan tanpa penyedap? Mana ada!
Baca juga: Tips Masak Enak Tanpa MSG
Yes, kenyataannya memang sekarang ini susah sekali ditemukan makanan tanpa penyedap. Kebanyakan lidah orang-orang sudah dimanjakan dengan bahan kimia yang satu ini, sehingga tanpa penyedap rasa makanan itu terasa hambar. Tapi tidak dengan lidahku. Makanya kalo cemilan berupa keripik atau kacang, aku lebih sering memilih bikin sendiri, seperti keripik balado ubi, keripik pisang, kacang tojin, peyek, bakwan, puding, dan pempek kesukaan suami aku. Selain itu, aku merasa safety aja masak sendiri karena anak-anakku juga ikut makan.
Jadi aku tak pernah memakan makanan yang berpenyedap? Jelas pernah beb. Gini-gini aku jajan juga kadang. Dan jajanan di luar itu sudah pasti berpenyedap. Tapi kalo jajanan yang pesan masak, aku sering bisikin sama mamangnya agar gak masukin vetsin atau sejenisnya.
Detail Pada Jajanan Anak
Pernah aku membiarkan anakku makan sebuah jajanan yang sama dengan jajanan teman sepermainannya. Hingga suatu hari aku potoin saat dia lagi asyik makan itu, lalu uplod di WA story. Seketika sepupuku yang bidan mengirim pesan.
“Lia, itu jajanan hanya boleh dimakan anak usia 5 tahun ke atas. Stop ngasih jajanan itu sama anakmu”.
What? Cepat-sepat aku ke warung tetangga sebelah, lalu melirik belakang kemasan jajanan itu. Allahu rabbi, jelas-jelas di situ tertulis hanya untuk anak di atas 5 tahun. Bergegas aku memberi pengertian pada anakku agar tidak beli jajanan itu lagi. Dan kepada yang punya warung kupesankan agar kalo anakku jajan dan minta itu, tolong jangan dikasih. Sejak saat itu, aku selalu memperhatikan detail setiap jajanan yang ada.
Di samping itu, intensitas jajan ini juga kubatasi agar tak menjadi candu. Jika dituruti, manajemen keuangan anak kelak akan buruk. Ia akan berontak saat emak bapaknya lagi sulit ekonomi dan tidak memenuhi keinginannya. Akan susah juga disuruh menabung. Makanya sebisa mungkin aku selalu menghadirkan cemilan homemade di rumah agar anak-anak gak melulu jajan. ini juga salah satu cara agar anak lebih mencintai masakan rumah, hingga kelak terbiasa makan di rumah ketimbang di luar.
Baca juga: Mendidik Financial Anak
Memastikan Kehalalan dan Expired Date
Iba sekali rasanya saat anak kawan suami harus terbaring di rumah sakit karena keracunan minuman kemasan yang ternyata sudah expired. Makanya penting sekali bagi kita orang tua untuk melihat dulu kadaluarsa dari sebuah cemilan dan jajanan. Tentu saja agar tak menjadi malapetaka setelah memakannya. Selain itu, memastikan logo halal di setiap makanan itu juga lebih penting. Jangan sampai terlewatkan ya bunda.
Memperhatikan Komposisi Makanan
Aku sangat menghindari sekali minuman kemasan berwarna untuk dikonsumsi anak. Sebab di sana banyak mengandung pemanis buatan. Udah banyak korban. Salah satunya adik dari siswaku. Usia 3 tahunan mengalami ginjal bocor yang tak lain penyebabnya menurut dokter yang menanganinya adalah seringnya makan jajanan dan minuman kemasan berwarna. Dan itu diakui oleh keluarganya. Jadi, walaupun anak memelas bahkan sampai nangis histeris minta jajanan yang demikian gak usah dikasih ya bunda. Kita alihkan saja ke makanan lain yang jauh lebih aman dan sehat, seperti buah kesukaan misalnya.
Meminimalisir makanan instan
Siapa sih yang pengen repot kalo ada yang instan? Ya, itu pilihan, bunda. Mungkin karena saya hobi masak, saya lebih memilih makanan yang diposes alami ketimbang instan.
Demikianlah caraku memilih cemilan untuk diri sendiri dan keluarga. Dan ilmu #NgemilBijak dari mbak Tara menjadi pelengkap dan ilmu baru yang insya allah diterapkan demi terciptanya pola hidup sehat dan tercapainya kemakmuran dan kesehatan badan yang hakiki.
Kalo ngemil bijak versi bunda gimana? Cerita dong di kolom komentar.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Ngemil Bijak yang diadakan oleh Ibu-Ibu Doyan Nulis”
Tidak ada komentar
Posting Komentar