Aplikasi Siap Kerja Untuk Persiapan Masuk Dunia Kerja

 

Hello, Mak..

Kamu kelahiran tahun 80an? Toss!! Kita seumuran. Aku sudah ikhlas lho dibilang tuir. Haha.. Etapi tak disangka dan tak diduga ternyata kita ini tergolong kaum millenial lho. Kukira millenials itu hanya julukan untuk anak-anak alay zaman now. Rupanya seseorang disebut millenials apabila ia terlahir ke dunia penuh sandiwara ini antara tahun 80 hingga 90-an. Agak-agak bangga lah aku dikit ya kan. kupatutlah diri depan kaca, unjuk muka depan, samping kiri kanan. Sesuaikah wajah dengan julukan millenial? Ahaik, sesuai dong. Terima kasih skincare yang telah berjasa merawat muka ku 9 bulan terakhir ini. *eeeaaaaa....

Jangan galfok dengan waktu 9 bulan itu ya. seumur-umur, baru ini memang aku pakai skincare. Dari zaman puber hingga zaman lemak tubuh meluber, aku memang tak pernah pakai skincare atau kosmetik apa pun. Printilan kecantikanku sehabis mandi hanyalah sisir, bedak tabur era nenekku masih muda, dan celak Arab. Itu pun belakangan aku udah tak pake celak lagi, karena udah kesulitan aku menemukannya. Nah, Januari lalu aku mulai sadar diri. Nampaknya wajah ini udah menyentuh level kusam maksimal. Terbersitlah di hati ingin skinkeran kayak sebagain besar teman-temanku. Cari dicari, ketemu yang klop, lalu tergiur untuk menjualkannya. Episode memantapkan hati berdagang skincare ini  telah kutuliskan sebelumnya. Jadi bisa dibilang aku ini sekarang adalah pendatang baru di dunia bisnis.

Tau sendiri dong kalo pendatang baru itu serba punya keterbatasan. Aku yang gak punya jiwa dagang ini harus jungkir balik nyari ide agar skincare andalanku ini berterima di hati masyarakat. Harus nguras tenaga juga bikin konten agar iklannya menarik, captionnya bikin simpatik, dan rekrut team semudah buk dokter nancepin jarum suntik. Tentu semua itu butuh ilmu, gais. 

Mulailah aku menjajali rekan-rekan yang sudah lebih dulu sukses dalam berbisnis. Kutanya semua tips-tips sukses ala mereka. Untung saja teman, kalo nggak, pasti aku udah merogoh kocek sedalam sungai Aek Sirahar untuk mendapatkan ilmu berharga itu. 

Tak ketinggalan pula aku melalang ilmu di aplikasi belajar online. *Hare gene buka internet cuma stalking dan scroling medsos? Rugi Juleha!

Itulah salah satu kenapa aku bangga menjadi bagian millenials ini, aku bisa menikmati perkembangan terknologi yang pesat sekali. Kalo dulu taunya kursus pergi ke rumah guru atau lembaga. Sekarang leyeh-leyeh di kamar pun udah bisa ngikutin kursus. Terserah mau kursus berbayar atau gratisan, pilih sesuka hatimu. 

Rekomendasi Aplikasi Belajar Online

Ada banyak sekali aplikasi belajar online yang lahir belakangan ini, terlebih saat semua sekolah mesti PJJ alias Pembelajaran Jarak Jauh dan para pegawai baik negeri maupun swasta yang WFH alias Work From Home. Dengan segala daya tariknya, aplikasi-aplikasi ini bersaing untuk merebut hati para pelajar, pembelajar, profesional, netizen dan millenial. Tinggal kita aja yang harus jeli memilih aplikasi mana yang paling cocok dan sesuai dengan kebutuhan kita. 

Aku sih milih QuBisa, karena platform ini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan, tetapi juga merupakan sebuah aplikasi siap kerja dengan tagline-nya yang selalu membangkitkan gairah optimisme hidup, yakni Aku bisa, Kamu bisa. Cocok buat aku yang ingin upskilling dan reskilling dalam bidang bisnis yang sedang kujalani ini. Pun belajar gak ribet di sini, sebab penyampaian instrukturnya runut dan menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami. Aksesnya juga gampang, kapan saja di mana saja, via laptop atau pun HP. 

Jadi platform ini kalo kubilang cocok untuk semua usia dan kalangan dengan berbagai potensi skill yang dimiliki. Gak salah jika melabuhkan hati pada aplikasi belajar online yang satu ini, lantaran :

1. QuBisa memiliki misi mempersiapkan lulusan baru maupun profesional untuk menjadi lebih kompeten dan kompetitif dalam MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)

2. Punya instruktur atau pun tenaga pengajar lebih dari 100 orang yang kemampuannya sudah tidak diragukan lagi.

3. Menyediakan kelas terlengkap sesuai dengan bidang dan kebutuhan, mulai dari kelas KSM (Keterampilan Sukses Millenial), kursus, webinar, hingga sertifikasi. 

4. Akses tanpa batas dan seumur hidup ke seluruh kursus online QuBisa, baik itu kursus online gratis maupun berbayar. 

5. Menjadi Road Map karir khususnya bagi lulusan baru untuk menemukan yang sesuai dengan jalur mereka. 

6. Memiliki lebih dari 100 webinar dan 500 plus kursus terbaik. 

Keren gak? Keren gak? Kerenlah, masa nggak, cihuy! Sekarang keputusan ada di tangan kamu. Ingin segera download aplikasi ini di Play Store atau App Store kamu, atau bersiap ketinggalan jauh dan kalah saing dengan para pencari kerja yang sudah punya bekal mumpuni untuk terjun ke dunia kerja idamannya. 

Sekedar info nih ya, sejak pandemi covid 19 turut andil dalam peningkatan angka pengangguran di tanah air, maka persaingan untuk mendapatkan pekerjaan kembali begitu ketat. Karena itu, kita perlu memiliki nilai jual yang khusus dan lebih agar menjadi sebuah alasan untuk kita diterima kerja. So, meningkatkan kemampuan diri itu mutlak ya, kawan.

Pengalaman Ambil Kelas di QuBisa

Jangan bilang QuBisa mantap kalo ternyata belum pernah ambil kelas yang tersedia di sana. Aku sendiri sudah beberapa kali ikut kursus online gratis dengan memilih materi yang benar-benar kubutuhkan saat ini. Jika sebelumnya aku memilih materi microlearning tentang cara meningkatkan personal branding, maka kali ini aku mencoba ambil kursus Managing Millenials, sebab ini sesuai dengan kebutuhanku yang saat ini ingin merekrut team reseller sebanyak-banyaknya. Apalagi aku bisnis skincare, millenials lebih melek dong soal ini. 

Sebelum berbagi pengalaman keseruannya, perlu kiranya aku mengingatkan bahwa sekalipun kita sudah menjadi tenaga profesional, namun upskilling dan reskilling tetap perlu dilakukan secara berkala. Sebab ilmu dan teknologi itu berkembang. Kita stagnan maka akan ketinggalan kereta. Dari itu, pilihlah cara belajar efektif yang tidak memberatkan. Oh ya, kenapa di QuBisa belajar gak ribet? Sebab materi tersedia dalam bentuk video dan teks. Jadi sesuaikan saja mana yang paling disukai. Videonya pun gak panjang-panjang. Hanya berkisar 3 sampai 7 menit saja. Jadi benar-benar intinya saja yang dibahas. Gak membosankan pokoknya. Bonusnya dapat sertifikat pula. Jadi cukup untuk menambah portofolio. 

Nah, sekarang mari kita simak materi Managing Millenials yang di sajikan oleh Bapak Bayu Setiaji ini. Pertama sekali beliau menyampaikan siapa dan apa khas millenials itu. Dari sinilah aku tau bahwa aku ternyata masuk dalam jajaran millenials. Sodaaaapp!!

Jadi, millenials itu merupakan generasi yang lahir di awal tahun 80-an hingga 90-an. Rata-rata berpendidikan tinggi minimal S1. Mudah beradaptasi dan tidak ingin terikat. Bersebab mudahnya millenials mengakses informasi, mereka jadi punya banyak keinginan. Namun sedikit ada kelemahannya yakni mudah bosan dan terkesan cuek. Ya, millenials kebanyakan bukan orang yang suka ngerumpi depan pintu tetangga sambil nyari kutu berantai. Mereka lebih sibuk dan fokus pada apa yang mereka inginkan sehingga tak punya waktu buat julid terhadap orang lain.

Cara Mengelola Millenials

Millenials bekerjasama dengan millenials juga gimana jadinya ya? Sebab secara psikoligis watak dan prilakunya tentu memiliki banyak kesamaan ya. Ibarat orang berumah tangga, jika seumuran cenderung sering cekcok karena egonya masih sama-sama tinggi. Aku sendiri sadar, masih jauh upaya yang kulakukan untuk bisa menjadi pengusaha skincare yang handal, yang omsetnya fantastis. Salah satu instrumen untuk mencapai itu semua ya dengan merekrut team sebanyak mungkin. Sehingga kita punya banyak tangan untuk bekerja. 

Sejauh ini, aku sudah memiliki reseller kurang lebih 5 orang, dan tentu saja mereka semua para millenials, beb. Millenials banget malah. Aku berusaha membuat mereka nyaman dengan memberi dukungan, motivasi, pendampingan hingga reward atas pencapaian mereka. Tetapi itu saja rasanya tak cukup. Ada banyak hal yang mesti kuterapkan untuk mereka yang telah bergandeng tangan denganku. Maka penjelasan pak Bayu di kursus yang aku ambil sangat berarti banget. 

Setidaknya, ada 4 hal besar yang harus dikuasai oleh seorang leader terhadap bawahannya, yaitu:

1. Membangun Hubungan Positif

Berhubungan dengan millenials membuat kita perlu membangun hubungan yang positif dengan mereka. Gak mesti millenials saja sih, dengan siapapun, kita perlu membangun hubungan positif ini. Namun untuk menciptakan hubungan ini, maka seorang leader tidak perlu ada brokratis dalam berkomunikasi. Maksudnya? *ehmm, teguk kopi dulu, Mak. 

Ya, tidak perlu ada aturan panggilan terhadap leader. Misal harus mangil Bapak, Tuan, Ibu, dll. Biarkan mereka memanggil kita dengan tutur yang nyaman semisal Mas, Kakak, Mbak, dan lain sebagainya. Ini membuat mereka merasa dekat dan seakan-akan tidak ada sekat antara leader dan bawahan. Mereka ingin dianggap sebagai partner kerja, bukan bawahan yang seenaknya saja disuruh-suruh. Peran atasan dan bawahan hanya ada pada saat tertentu saja, misalnya pada saat evaluasi kinerja atau penilaian kinerja, selebihnya, mengalir nyaman aja. Sesekali bergabunglah dengan mereka dalam agenda non formal seperti nobar, karaokean dll. 

2. Membangun Keterbukaan

Jangan pelit akan informasi ya. mentang-mentang mereka bawahan, info-info penting dan berharga terlambat mereka ketahui. Berikan saja semua informasi yang mereka butuhkan, dan anggaplah mereka sebagai talent kita. Namanya talent mereka harus bisa berkembang. Sharing pengalaman-pengalaman yang sudah pernah dicicipi. Sehingga mereka bisa termotivasi untuk bertumbuh. Tanya apa saja harapan mereka, lalu dorong mereka untuk mengetahui lebih banyak. Dengan begini, millenials akan merasa betah berada dalam lingkaran kita. 

3. Menciptakan Kepercayaan

Beri kesempatan mereka untuk berkreasi. Mintalah ide-ide yang ada di kepala mereka. Lalu pilihlah ide mana yang paling relevan saat ini untuk diimplementasikan. Dengan begini, mereka akan merasa dihargai dan tidak diremehkan kemampuannya. Selanjutnya tantang mereka untuk sukses, agar tidak berlama-lama pada posisi yang sekarang. Kalau bisa setahun dua tahun atau lima tahun mereka sudah bisa berada pada level tertinggi. 

4. Memberikan Pengakuan

Apapun pencapaian mereka, hargailah dan berilah apresiasi. Terus akui pula bahwa itu ide dan masukan dari mereka. Bukan malah serta merta mencaplok ide mereka itu lalu mengatakan bahwa itu ide leader sendiri. Tenang saja, mengakui kemampuan orang lain tak lantas membuat pamor seorang pimpinan merosot kok. Justru orang lain akan menganggap bahwa leadernya jagoan sehingga sukses membina teamnya. Jika sedang berada dalam rapat management, munculkan mereka dengan menyampaikan ide-ide brilian yang mereka kemukakan itu. Lalu berilah tanggung jawab lebih. Katakan kepada mereka bahwa kita percaya mereka mampu melakukannya. Terakhir, berilah pujian secara terbuka, agar senang dan bahagia jiwa raga mereka, serta bangga memiliki leader seperti kita. 

Masya Allah, mana dapat aku ilmu beginian kalo gak rajin ngulik aplikasi siap kerja QuBisa ini. Aplikasi yang benar-benar bisa membantu orang menemukan cara belajar efektif dan efisien, menentukan cara meningkatkan personal branding yang tepat, teknik coaching maupun mentoring, microlearning, upgrade skill, dsb. Berita bagusnya adalah, bahwa saat ini QuBisa sedang mengadakan lomba blog dengan hadiah yang menggiurkan. Cukup tuliskan pengalaman kamu belajar di QuBisa, maka kesempatan menang bisa kamu raih. 

Demikian ya. Selamat belajar, millenials!