Search

Merawat Bisnis Bersama JNE

Merawat Bisnis Bersama JNE

“Bang, liat nih”, kataku pada suami sambil nunjukkan sebuah video unggahan seseorang di layar ponselku. Ia menatap layar dan menyimak isi video pendek itu.

“Hmmm...begitulah. Sekarang kalo gak ikut perkembangan ya ketinggalan”, gumamnya. Aku mencoba mencerna kata-katanya. 

“Sekarang zaman serba online, Dek. Kalo masih bertahan dengan cara-cara lama ya nggak masuk”, ia melanjutkan. Lalu kami tenggelam dalam obrolan seputar dinamika bisnis belakangan ini. 

Ya! Video yang kutunjukkan pada beliau adalah video seorang pedagang busana di pasar. Ia merekam kondisi tokonya yang teramat sepi padahal gak lama lagi lebaran idul fitri akan segera tiba.

Kalian tengok ini ya woi, kondisi kami di sini para penjual pakaian saat ini udah kayak kuburan. Sepi sepi sepiiiiiii kali woi. Tak ada yang singgah. Kemana semua pembeli? Udah mau lebaran ini tapi tak ada tanda-tanda kehidupan. Begitu ocehannya di video itu. 

Seyogianya kondisi pasar dan pusat perbelanjaan pada masa itu lagi rame-ramenya. Pengunjung biasanya membludak desak-desakan. Tapi pemandangan itu udah gak terlihat lagi beberapa tahun belakangan ini, terlebih di lebaran tahun ini.

Aku iba, sebab apa yang diunggahnya benar adanya. Kondisi pasar di kota tempat tinggalku pun demikian keadaannya. Toko-toko pakaian bahkan terpaksa gulung tikar karena udah gak kuat sewa tempat dan biaya operasional lainnya, sementara pengunjung seakan hilang tak tau rimbanya. Tapi bak kata suamiku tadi, yang gak ikut perubahan zaman ya bakal ketinggalan. 


💦Pergeseran Tren Belanja Masyarakat💦

Lantas, kemana semua pengunjung pasar itu? 

Gak kemana-mana. Mereka tetap menjadi penikmat pasar hingga saat ini. Hanya saja sebagian besar orang sekarang menjadi penikmat pasar online, bahkan candu. Karena berselancar di pasar online lebih efisien, hemat waktu dan tenaga, plus jangkauan luas. Bayangkan saja orang yang tinggal di Sumatera bisa belanja ke Kalimantan hingga Papua tanpa harus pergi ke sana. Pun sebaliknya. Kehadiran internet telah berhasil melipat-lipat bumi hingga seakan tak berjarak. 

Tren belanja online ini meningkat sejak pandemi covid melanda. Pembatasan kegiatan di luar rumah oleh pemerintah membuat masyarakat memilih belanja online untuk memenuhi kebutuhannya, mulai dari makanan, pakaian, peralatan rumah tangga hingga alat kecantikan. Setelah pandemi berakhir, animo masyarakat terhadap belanja online ini masih tetap tinggi, walau pun sebagiannya tetap ada yang lebih memilih belanja offline ketimbang online. 

Data tren belanja online
search: ginee.com

Dilansir dari laman detikfinance yang memaparkan data Statistik Market Insight bahwa jumlah pengguna e-commerce di Indonesia mencapai 178,94 juta orang di tahun 2022. Bahkan sempat diproyeksikan meningkat hingga 196,47 juta di tahun 2023. Sementara Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp. 476,3 triliun pada tahun 2022. Nilai ini diperoleh dari jumlah transaksi di e-commerce sebanyak 3,49 miliar transaksi. Capaian  nilai transaksi itu pun diprediksi mencapai 572 triliun pada tahun 2023. Tren yang menggeliat ini tentu saja menguntungkan banyak pihak seperti pelaku usaha dan jasa ekspedisi khususnya JNE. 

💦Kiprah JNE di Tanah Air Indonesia💦

Lahir pada tanggal 26 November 1990, PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR atau JNE memulai kegiatan usahanya yang terpusat pada penanganan kegiatan impor barang/dokumen serta pengantarannya dari luar negeri ke Indonesia. 4 tahun melakoni kegiatan ini, akhirnya JNE mulai merintis layanan pengiriman domestik dengan membuka gerai penjualan di Jl. Tomang Raya No.3 Jakarta Barat. JNE pun masuk usia balita yang siap bertumbuh bersama usia. 

Di tahun 1995, JNE memperkenalkan sistem drop point atau agen pengiriman yang disebut Takuhaibin dengan memanfaatkan keberadaan warung telekominuikasi (wartel) yang sangat menjamur pada waktu itu sebagai tempatnya. Duh, ingat wartel jadi ingat sejuta kenangan sebagai anak kampung. Hehe.. Inilah yang menjadi cikal bakal pertumbuhan Agen JNE yang mencapai ribuan titik. 

Memasuki fase kanak-kanak di tahun 2000, JNE merilis logo baru dengan sebutan brand JNE Express. Reputasi JNE Express melejit di paruh kedua tahun 2000-an seiring dengan tumbuhnya tren pemanfaatan internet untuk transaksi perdagangan dan jual beli daring. Di tahun ini pula sebaran agen JNE mulai mudah ditemukan di kota-kota besar. Pelayanan dan jam operasional yang fulltime alias 24 jam pun jadi membuat JNE kian diminati di kalangan pelaku bisnis online. 



Bukan JNE namanya kalo gak gesit membaca peluang. Layanan pengiriman terus ditingkatkan, sehingga nama JNE makin melekat di hati masyarakat, termasuk aku yang mulai menggunakan jasa ekpsedisi ini sejak sekitar periode 2006. 

Dengan misi untuk memberi pengalaman terbaik kepda pelanggan secara konsisten, maka JNE terus berinovasi membangun usahanya dengan fokus memperbesar kapasitas dan kapabilitas infrastruktur fisik dan teknologinya di tahun 2013. Hal ini dilakukan guna untuk mengantisipasi pesatnya pertumbuhan transaksi belanja daring melalui market place. Pun melihat gaya hidup digital yang terus meningkat di Indonesia. 

Sehingga di tahun 2014, JNE meluncuran aplikasi MY JNE berbasis android yang memudahkan pelanggan untuk melacak keberadaan paket, mengecek tarif pengiriman, melihat lokasi konter terdekat, serta melakukan transaksi jual beli antara penjual dan pembeli secara individual. Ah ya! di tahun ini ponsel android memang sangat digandrungi masyarakat. Ponsel yang tak hanya bisa digunakan untuk menelepon dan berkirim pesan saja, tapi bisa digunakan untuk menikmati berbagai layanan aplikasi termasuk MY JNE. Pelaku usaha pun kian merebak, termasuk UMKM.

Senada dengan rencana Kemenkop UKM dan Kominfo bersama dengan pelaku e-commerce menggagas program 8 juta UMKM Go Online di tahun 2019, maka di tahun 2017 JNE telah lebih dulu membangun E-Fulfillment di beberapa cabang sebagai solusi bisnis terpadu bagi para pelaku UMKM khususnya pemilik nama dagang yang berjualan secara online. E-Fulfillment membantu para pelaku UMKM fokus pada pengembangan produk dan marketing digital, sedangkan aktivitas logistiknya muali dari manajemen pergudangan, stok barang, pengemasan sampai pengantaran barang ke tangan pelanggan ditangani oleh JNE. Mantul gak tuh?

Tahun 2020, JNE mulai dewasa. Ide dan inovasi layanannya kian mumpuni. Di tahun ini JNE merintis pembangunan pusat sortir otomatis berskala besar yang disebut Mega Hub di Bandara Mas, Cengkareng yang diproyeksikan bisa memproses 1 juta paket dalam sehari. Amazing!

Tak habis akal, demi menjalankan misi untuk konsisten memberi pelayanan terbaik, di tahun 2022 JNE merilis Roket Indonesia, yaitu layanan kurir instan berbasis aplikasi dengan estimasi pengantaran sampai dalam waktu 1 jam saja. Layanan ini sudah tersedia di 54 kota dan cabang JNE.

Hingga kini, gerai agen JNE sudha mencapai 8.000 titik dengan jangkauan distribusi di 83.000 kota, termasuk kabupaten, desa dan pulau terluar. Dengan pertumbuhan ini, JNE telah mempekerjakan lebih dari 50.000 karyawan. Masya Allah, menyala JNE!

💦Seni Merawat Bisnis Bersama JNE💦

Seperti pembicaraanku di awal bersama paksu, yang tidak ikut perkembangan zaman akan ketinggalan. Apalagi sekarang ini jumlah pelaku usaha khususnya UMKM terus meningkat. Maka manfaatkan teknologi digital agar usaha dan bisnis yang kita jalankan tetap bisa bertahan dan bersaing secara sehat.

Data pertumbuhan UMKM
data ukmindonesia.id

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mempertahankan eksistensi bisnis teman-teman:

1. Jaga ibadah dan hubungan dengan tuhan. Ini bagian pokok dan terpenting. Karena sejatinya, omset yang didapat adalah rezeki pemberian dari tuhan. Adapun produk hanyalah alat untuk mendapatkan nilai omset tersebut.

2. Jaga dan tingkatkan kualitas produk. Khusus untuk usaha makanan, jangan sampai rasa dan porsi berubah.

3. Berikan layanan terbaik seperti keramahan pada pelanggan, kenyamanan dan kemudahan.

4. Manfaatkan influencer untuk mempromosikan dagangan. Ada temanku baru aja buka usaha kuliner. Hanya beberapa minggu saja buka pengunjungnya sudah ramai. Saat kutanya, ternyata ia kerjasama dengan pemilik akun instagram kuliner kondang di kota ini untuk mempromosikan produknya. Sampai dikira ia melakukan pesugihan karena belum lama buka udah banyak pelanggan. Ckckck...

5. Gunakan semua medsos yang dimiliki untuk promo usaha. Bila perlu, bikin website khusus agar lebih menarik untuk dijelajahi calon konsumen. Jangan fobia dengan teknologi. Semua bisa dipelajari asal tekad kuat mencapai tujuan. 

6. Jangan terlalu pelit. Buatlah giveaway dan promo secara berkala  agar produk kita lebih dikenal luas ke seluruh lapisan masyarakat.

7. Kembangkan produk dan karyamu dengan menjalin kerjasama dengan JNE sebagai ekspedisi yang tergolong senior dan telah terbukti memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggannya. Agar jangkauan produkmu sampai ke penjuru tanah air. Lihatlah, sangkin seriusnya JNE membantu pengembangan bisnis, JNE membuka kemitraan berupa Keagenan dan Customer Corporate. Bagaimana sistem, syarat dan ketentuannya bisa lihat di sini

Kenapa Harus JNE?

Memang JNE bukanlah yang paling sempurna. Tetap ada beberapa keluhan konsumen terhadap paket yang dikirim. Aku sendiri pernah mengalami keterlambatan sampainya paket di tanganku yang dikirim melalui JNE. Tapi Alhamdulillah, komplain dan keluhanku cepat ditanggapi, sehingga paket yang kutunggu-tunggu sampai dengan selamat dan dalam kondisi baik tanpa cela. Tapi setidaknya JNE bisa jadi pilihan mitra pelaku usaha, UMKM dan bisnis skala besar mengingat kiprah dan inovasinya yang menyesuaikan dengan zaman dan kebutuhan publik. JNE juga selama ini aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. 

Pada akhirnya, kita berharap para pelaku usaha dan JNE mampu terus semangat melayani, berkarya abadi, dan tetap berinovasi. Agar semua pihak yang berhubungan sama-sama mendapatkan keuntungan yang bisa dibagi. Selamat Ulang Tahun yang ke 33 JNE yang Insya Allah selalu terpatri di hati. 

#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun 

#JNEContentCompetition2024 

#GasTerusSemangatKreativitasnya.



 



Tidak ada komentar

Posting Komentar